09/08/08

Blogger Ngopi Pemerintah (Mending Kopi Aroma)


Pagi ini masih bersama Kopi Aroma yang gw seduh dengan air panas dari dispenser kantor, walaupun sebaiknya diseduh dengan air 80 derajat (10 menit setelah mendidih). Pak Widya bilang Kopi Aroma ini dibakar/dipanggang dengan kayu karet jadi aromanya lain dengan kopi-kopi biasa (yang dijual di café2 luarbiasa mahal, kopi instan nggak masuk saingan ya!).



Walaupun selama ini saya nggak tau pasti bedanya apa dengan kopi di cafe2 itu, saya sih percaya kalau itu enak, terlebih saya pernah liat juga cara – cara Pak Widya memperlakukan Kopi Aromanya. Minum Kopi Aroma pagi ini terasa berbeda karena hari ini Sabtu, dikantor nggak banyak orang lalu lalang, kesibukan menurun seiring dengan rencana – rencana liburan.

Pagi ini saya kekantor jalan kaki, lumayan ngeluarin keringat…karena kantor selalu full AC saya jadi khawatir keringat yang seharusnya keluar nggak jadi sealamiah biasanya. Jalan kaki buat saya menggunakan sumberdaya energi secara optimal, nggak butuh bahan bakar fosil, gas, dsb, cuma butuh kaki dan minyak wangi.

Gratis juga alasan yang penting karena ojek kekantor saya biayanya Rp 4000 sekali motor (kalau sekali naik ojek bukan sekali jalan). Bisa aja lebih ilmiah dengan alasan kesehatan, mencegah osteoporosis atau keropos tulang (kata Indi Barens) tapi jadi nggak ilmiah kalau informasinya cuma dari iklan karena ilmiah memerlukan metode-metode yang dapat dipertanggungjawabkan, alih – alih mempertanyakan tentang kebenaran informasi dalam iklan dan produk, lebih sering konsumen kalah sebelum perang.

Balik lagi kekantor, koran hari Sabtu selalu datang telat jadi saya bisa konsentrasi pada rasa Kopi Aroma yang sedang saya seruput. Kopi ini hitam legam, dan saya juga tidak tertarik untuk mencapurnya dengan cream atau susu. Karena rasa original Kopi Aroma masih membuat saya penasaran. Karena koran datang lebih siang, biasanya saya buka portal berita.

Kompas internasional memposting judul ‘Dituduh Menghasut, Blogger Malaysia Ditangkap’. Sejauh yang saya baca pemerintah Malaysia merasa terhina dengan komentar dan tulisan blogger2nya. Saya juga nggak pengen lansung berdalih ekspresi demokasi karena saya juga blogger (baru jadi blogger – newbie kali ye). Seandainnya media pemerintah juga tidak menghina rakyat Malaysia dengan berita-berita yang tidak transparan, dan tidak benar, mungkin blogger juga tidak akan selalu berekspresi negatif. Tidak ada bedanya apa yang dilakukan pemerintah dengan bloggernya, mereka saling menghina. Jadi nggak perlulah bertindak berlebihan apalagi merasa terhina.

Related Posts by Categories



0 komentar:

Posting Komentar