09/08/08

Make Money Mancing


Pagi besok, minggu saya biasanya sudah ada di daerah lain (Bandung, kota tercinta) saya biasanya nemenin partner saya mancing…(hehe hobi lain, make money mancing). Biasanya kita diskusi tentang segala hal, maklum banyak cerita selama 1 minggu yang biasa di singkat dengan smsan atau chatting diobrolin semua pagi itu.



Alhasil kita cuma ngobrol, uang datang menghampiri. Namanya juga mancing probabilitas ilmiahnya sulit diprediksi (tapi pasti ada), karena rezeki yang ngasih Maha BerAda, Maha Benar juga janjiNya. Setiap orang mendatangkan rezekinya masing-masing, tapi harus dipancing…itulah yang kita lakukan sampai dirasa cukup untuk membeli Kopi Aroma lagi di Jalan Banceuy no 51.

Biasanya saya naik public transportation (angkot), dari tempat saya mancing (Monumen Perjuangan/ Dipatu Ukur/ Unpad) menuju Jalan Banceuy kita bisa naik Damri (nama bus miliki perusahaan daerah) bayar Rp 2000 sampai di Jalan Pecinan, Pasar Baru, disana banyak toko berjualan bahan kaos (yang hobi nyablon, alat2nya juga lengkap) kita juga biasa kontrol harga bahan, karena fluktuatif tergantung dollar dan yuan (sekarang nggak cuma dollar dong).

Mari kita bahas, dollar memang mata uang asing yang biasa digunakan transaksi perusahaan-perusahaan, semua orang taulah (kitakan bayar utang luar negri pake dollar). Atau minimal semua orang jadi shock waktu tahun 1998 dollar naik, kita krisis. Kurang lebih begitulah ketergantungan kita pada pergerakan nilai dollar. Yuan sekarang ini terutama dalam komoditas textile juga menjadi pertimbangan harga bahan baku kaos, karena perusahaan importir kita saat ini beramai-ramai membeli produksi tektil dari Cina.

Cek aja di pasar-pasar sekarang ini, produk Cina paling banyak terpajang, harga murah, model upto date tapi semua juga tau kualitasnya (saya nggak akan bahas kalau itu). Produk dalam negri jadi otomatis kalah saing dan kalah harga, hal ini dikarenakan 80% bahan baku produksi yang digunakan, Indonesia masih harus diimpor. Bayangkan kalau Cibaduyut bikin sepatu, harga pokoknya dengan bahan baku cat, kulit dan lem impor mencapai Rp120.000 per pasang, produsen Cina hanya mengeluarkan biaya produksi Rp12.000 dengan harga jual di pasaran biasa Rp25.000 per pasang sepatu.

Gimana nggak pada bangkrut dan tutup industri sepatu dikampung saya itu. Itu cuma contoh sepatu, andai Cina cuma bikin sepatu, kenyataannya semua Cina bikin. Hehehe…Indonesia memang pasar yang atraktif, konsumen aktif (cuma bisa aktif jadi konsumen).

Related Posts by Categories



1 komentar: